Sukabumi berasal dari bahasa
Sunda dan Suka Bumen. Menurut sejarah, orang-orang yang dikunjungi Sukabumi pun
menikmati dengan suasananya. Suka itu seperti dan Bumen hidup, itu mengacu pada
orang-orang yang suka tinggal di Sukabumi.
Pada masa penjajahan Belanda,
Sukabumi adalah lokasi akademi kepolisian kolonial. Pada tahun 1914, pemerintah
Hindia Belanda menjadikan kota Sukabumi sebagai Burgerlijk bestuur dengan
status ada banyak orang Belanda menetap dan Eropa, yang merupakan pemilik
perkebunan, dan terletak di Kabupaten Sukabumi selatan, dan mereka harus
mendapatkan yang istimewa. penanganan dan pelayanan.
Setelah diundangkan, Sukabumi
Pada masa itu dibangun Stasiun Kereta Api, Masjid Agung, Gereja Kristen,
Pantekosta, Katolik, Betel; HKBP; Pasundan, pembangkit listrik Ubrug; centrale
(sub stasiun) Cipoho, Sekolah Polisi Gubermen yang dekat dengan institusi
pendidikan Islam tradisional Gunung Puyuh.
Sukabumi terletak sekitar 120 km
dari Jakarta, atau sekitar dua setengah jam perjalanan dengan mobil. Tempat ini
sangat mudah dijangkau dari Jakarta, Bogor dan Bandung. Sukabumi memiliki
beragam tempat wisata, mulai dari wisata bahari, sampai ke gunung.
Di wisata bahari Sukabumi
memiliki pantai Pelabuhan Ratu, pantai Citepus, pantai Karang Hawu, pantai
Cibangbang, pantai Cimaja, pantai Ujung Genteng dan pantai Minajaya.
Di alam wisata, ada tempat
berkemah Cinumpang, taman nasional Gunung Gede, tempat berkemah Pondok Halimun,
perkebunan Goalpara, gua Buni ayu, gua Lalay, gunung Halimun atau Salak.
Untuk tempat rekreasi, mereka
memiliki taman rekreasi Cimalati, objek wisata Cangkuang, Garden Swan dan
peternakan ikan hias.
Untuk kegiatan olahraga disini
adalah olahraga untuk diving, surfing, offroad, arung jeram dan hunting.
Melihat dari ranah geografis, Sukabumi kaya dan berpotensi menjadi destinasi
wisata yang layak untuk dieksplorasi.
Selain warisan budayanya,
Sukabumi juga memiliki sejumlah kegiatan sebagai potensi wisata di bidang Seni
dan Budaya. Kegiatan seni dan budaya dibagi menjadi kegiatan yang berasal dari
upacara ritual atau hiburan. Dengan rasa syukur kepada Tuhan atas panen yang
melimpah, masyarakat Sukabumi yang tinggal di pegunungan, pada umumnya masih
melaksanakan pesta panen seperti upacara syukuran.
Bagi orang-orang yang tinggal di
pesisir laut, mereka juga mengadakan pesta syukuran karena memancing dilakukan
sebagai ungkapan rasa syukur. Secara umum, sebagian besar masyarakat Sukabumi
beragama dan dan sangat memperhatikan adat istiadat dan rasa hormat mereka
terhadap nenek moyangnya.
0 Response to "Sejarah Kota Sukabumi"
Post a Comment