Monumen ini berdiri di sebuah
hutan jati dan dibangun untuk menghormati Gubernur Jawa Timur yang pertama,
Tuan Soerjo. Dia terbunuh dalam sebuah kerusuhan komunis pada tahun 1948. Pada
waktu itu, pada bulan November 1948, Presiden Soekarno telah memanggil semua
gubernur Republik untuk bertemu di Yogyakarta (saat itu Yogyakarta adalah ibu
kota Republik Indonesia). Dalam perjalanan pulang ke Surabaya, di Desa Dukuh
Bago Kedungalar, kemuliaannya dipegang oleh pengikut PKI, dan dipaksa memasuki
hutan. Tepat di tengah hutan Kedungalar Ngawi, keunggulannya terbunuh secara
brutal. Di tempat monumen RM Soerjo dibangun, lokasinya juga cukup strategis,
antara kayu jati, dan hutan kayu mahoni di sepanjang jalan raya Ngawi-Solo.
Seperti resor wisata alam
lainnya, resor ekowisata ini juga menawarkan panorama alam yang melanda hutan
jati dan mahoni yang padat. Keistimewaannya, bahwa di tepi resor ekowisata ini,
Monumen Soerjo telah didirikan untuk menandai 23 spesies tanaman langka yang
dilindungi undang-undang, seperti; sawo kecik, citradora, cendana, sonokeling,
dan lain-lain. Ada juga banyak jenis burung yang telah dibiakkan seperti;
Sungai Perkutut, Podang, Jalak, Bekisar dan Jungle.
Untuk kenyamanan para
pengunjungnya, pihak manajemen yaitu Perum Perhutani KPH Ngawi telah
menyediakan berbagai fasilitas. Mereka; ruang informasi, musholla, pendopo
untuk beristirahat, tempat bermain anak-anak, kerajinan tangan, showroom,
utilitas umum, dan banyak tempat parkir
0 Response to " Sejarah Kota Ngawi"
Post a Comment