Sejarah Kota Bangkalan adalah
satu dari empat kabupaten di madura setelah sampang, pamekasan dan sumenep yang
terletak di sebelah ujung barat pulau madura. Jika orang madura mengunjungi
pulau asin madura melalui pelabuhan perak dan naik di pelabuhan ujung kamal,
maka madures sudah menginjakkan kaki di kabupaten kamal, bangkalan.
Dari pelabuhan ujung kamal hingga
mencapai kota bangkalan, diperlukan perjalanan sejauh sekitar 43 km melalui
pedesaan dan bentang alam berupa sawah dan ketika sampai ke kota bangkalan,
akan terlihat hiruk pikuk kehidupan. , melewati berbagai angkutan umum dan
toko-toko ramai itu menjual berbagai kebutuhan.Terdiri dari 18 kecamatan dengan
273 desa dan 8 desa dengan pemerintah pusat di kabupaten bangkalan.
Banyak hal yang akan ditemukan
ketika datang ke kota kecil ini, tapi sebelum itu perlu sedikit pengetahuan
tentang bagaimana asal bangkalan ini? Berikut ini adalah kisah bangkalan yang
tak terpisahkan dengan cerita masa lalu maupun kabupaten lain di madura.
Bangkalan berasal dari kata
"bangkah" dan "la'an" yang berarti "sudah mati".
Istilah yang berasal dari kematian sang legenda ki memudar pemberontak kuat
terbunuh di madura barat. Menurut beberapa sumber, disebutkan bahwa raja
majapahit adalah brawijaya v untuk beralih ke islam (data kuno di makam putri
di trowulan). Namun, siapa sebenarnya yang dimaksud brawijaya v ini? Dalam buku
madura en zijin vorstenhuis meliputi, antara lain stamboon van het geslacht
tjakradiningrat.
Dari stamboon dicatat bahwa raja
untuk memerintah di 1468-1478. Jadi, disebut dengan gelar brawijaya v (madura
en zijin vorstenhuis 79) adalah bhre krtabhumi dan memiliki dua (2) anak dari
dua selir istri. Yang bernama endang sasmito wati bore ario damar dan istri
bernama ratu dworo wati, atau dikenal sebagai wanita cina melahirkan beteng
betina. Selanjutnya ario damar (duke palembang) punya anak bernama menak
senojo.
Menak senojo tiba di pamekasan
proppo dengan cara memanjat machiris putih palembang dan kemudian melanjutkan
perjalanannya ke barat (bangkalan). Saat dalam perjalanan di taman mandi sara
sido di sampang pada tengah malam menak senojomendapati banyak nimfa mandi di
taman, dengan menak senojo pakaian satu malaikat diambil dimana malaikat tidak
bisa kembali ke surga dan akhirnya istri dari menak senojo.
Malaikat bernamanyai fairy
tunjung bulan biru juga disebut putri sari tunjung biru. Menak senojo dan nyai
bulan biru peri tunjung punya anak ario muncul. Timbul ario kudut punya anak.
Sudut Ario kudut punya anak. Sedangkan di peteng sapi yang mulai tinggal di
sampang madegan lalu pindah ke ampel (surabaya) sampai mati dan dikubur di
ampel, sapi peteng punya anak bernama ario palungan yang menggantikan ayahnya
di madegan sampang. Ario pratikel palungan memiliki anak yang selama hidupnya
tinggal di gili mandangin (goat island). Dan ario pratikel punya anak nyai
ageng budo.
Nyai ageng budo ini kemudian
menikah dengan ario corner. Dengan demikian keturunan sapi peteng menjadi satu
dengan keturunan ario damar. Kiai lahir dari perkawinan setelah selanjutnya
cikal bakal kota baru dan belakangan disebut plakaran. Jadi kiai demat
memerintah plakaran arosbaya dan ibukotanya baru kota (anyar kota) yang
berbatasan timurdaya arosbaya. Dari pernikahannya dengan nyai sumekar ada 5
(lima) anak yaitu:
Kiai duke madegan pramono di
sampang.
Kiai pratolo juga disebut
pangeran parambusan.
Kiai pratali juga disebut
pangeran pesapen.
Pangeran paningkan dipanggil
dengan nama pangeran seperti sudo
Kiai pragalbo yang kemudian
dikenal sebagai pangeran plakaran untuk tahta
Di plakaran, setelah wafatnya
islam yang dikenal sebagai pangeran '
Namun perkembangan bangkalan
tidak datang dari legenda ini, namun awal perkembangan sejarah islam di daerah
tersebut pada masa pemerintahan panembahan pratanu yang berpeluang lemah.
Dia adalah putra raja pragalba,
pendiri sebuah kerajaan kecil yang berpusat di arosbaya, sekitar 20 km dari
kota bangkalan ke utara. Panembahan pratanu diangkat sebagai raja pada 24
oktober 1531 setelah ayahnya, raja pragalba meninggal dunia. Jauh sebelum
pengangkatan, saat pratanu dipersiapkan sebagai pangeran, dia mengimpikan
orang-orang yang menasihatinya untuk masuk Islam. Mimpi ini menceritakan kepada
ayahnya yang kemudian memerintahkan duke profesor bageno untuk belajar islam di
tempat suci.
Perintah ini dijalankan sebaik
mungkin, bahkan bageno mau berkonversi menjadi islam atas saran sunan kudus
sebelum menjadi muridnya untuk beberapa waktu. Dia kembali ke arosbaya dengan
pengetahuan islami mereka dan mengenalkannya pada pangeran pratanu.
Pangeran ini marah setelah tahu
bageno masuk Islam sebelum dia. Tapi setelah dijelaskan bahwa sunan suci
mewajibkan mereka untuk masuk Islam sebelum mempelajarinya, pangeran pratanu
dinasehati.
Begitu ia sendiri masuk Islam dan
belajar tentang hal itu dari profesor bageno, ia kemudian menyebarkan agama
tersebut ke seluruh warga arosbaya. Tapi ayahnya, raja pragalba, belum tertarik
pada islam sampai dia meninggal dan digantikan oleh pangeran pratanu.
Perkembangan islam yang dianut oleh pimpinan di bangkalan saat menentukan ulang
tahun bangkalan dan bukan pengembangan kekuasaan kerajaan di daerah itu.
Jauh sebelum pangeran pratanu dan
profesor bageno menyebarkan islam, sebuah kerajaan kecil di bangkalan.
Berawal dari kerajaan plakaran
yang didirikan oleh kyai demang dari sampang. Yang dianggap sebagai bagian dari
kerajaan majapahit sangat berpengaruh pada saat itu.
Kyai demat menikah dengan nyi
sumekar, yang mana dari mereka melahirkan raden pragalba. Pragalba menikah
dengan tiga wanita. Pratanu adalah putra pragalba istri ketiga yang dipersiapkan
sebagai putra mahkota dan kemudian dikenal sebagai raja muslim pertama di
madura. Pratanu menikahi putri pajang mendapatkan keturunan lima orang:
Pangeran menyapung Gili yang
memerintah di sampang.
Raden koro yang memegang pangeran
tengah arosbaya, raden koro menggantikan ayahnya
Saat pratanu meninggal.
Pangeran blega yang diberdayakan
di blega.
Ratu mas di pasuruan dan ratu
ayu.
Kerajaan mataram Arosbaya
terserang keruntuhan pemerintahan pangeran mas pada tahun 1624. Dalam
pertarungan mataram ini kehilangan komandan perang, tumenggung demak, beberapa
pejabat tinggi kerajaan dan sebanyak 6.000 tentara terbunuh.
Korban ini terjadi dalam
pertempuran tiba-tiba pada hari Minggu, 15 september 1624, yang merupakan
perang besar. Permainan kemedan pria dan wanita. Beberapa pejuang pria
sebenarnya masih bisa diselamatkan jiwa. Tapi saat para wanita akan membantu
mereka melihat orang-orang yang terluka berada di belakang, mereka bahkan
membunuhnya.
Sore kembali, itu menandakan
bahwa mereka melarikan diri, dianggap melanggar jiwa pejuang. Saat runtuhnya
kerajaan, sang pangeran mas lari ke giri. Sedangkan prasena (putra ketiga
pangeran tengah) dibawa oleh penerjemah kitting ke mataram, yang kemudian
dikenal sebagai anak asuh oleh sultan agung dan dilantik ke seluruh tempat
tinggalnya di sampang madura, tafsir tara tjakraningrat i. Keturunannya
kemudian dikembangkan pemerintahan kerajaan baru di madura termasuk bangkalan.
Tjakraningrat saya menikahi
saudara sultan agung. Selama masa pemerintahannya dia tidak banyak berada di
sampang, karena dia diwajibkan melapor ke mataram setahun sekali ditambah
beberapa tugas lainnya. Sedangkan tenaga di madura diserahkan ke sontomerto.
Dari pernikahannya dengan saudara
perempuan sultan agung, tjakraningrat tidak memiliki anak sampai meninggal.
Pernikahan baru dengan ibu ratu (syarifah ambani, keturunan sunan giri), dia
mendapatkan tiga anak dan beberapa anak lainnya yang diperoleh dari gundik
(terdaftar pada garis keturunan di mata ibu asta. Bangkalan tumbuh mulai tahun
1891 sebagai pusat kerajaan seluruh kekuasaan di madura, pada masa pemerintahan
pangeran jakraningrat ii gelar sultan bangkalan ii. Raja secara luas
dikreditkan ke Belanda untuk membantu mengembalikan peraturan belanda di
beberapa wilayah kepulauan bersama dengan tentara Inggris.
Karena layanan tjakraningrat ii,
Belanda memberinya izin untuk mendirikan militer yang disebut 'deretan korps'
dengan sejumlah pejabat persenjataan modern saat itu. Bisa dikatakan bangkalan
saat itu adalah gudang senjata, termasuk gudang bahan peledak. Namun
perkembangan kerajaan di bangkalan malah mengkhawatirkan tanah liat setelah
kaisar semakin kuat, meski kekuatannya merupakan hasil penghargaan Belanda atas
tjakraningrat ii membantu memadamkan pemberontakan di beberapa daerah.
Belanda ingin menghapus kerajaan.
Saat tjakraningrat ii meninggal, maka digantikan oleh pangeran duke
setjoadiningrat iv yang memegang panembahan tjokroningrat viii, belanda belum
berhasil menghilangkan kerajaan. Baru setelah panembahan tjokroadiningrat
meninggal, sementara tidak ada pangeran mahkota untuk menggantikannya, Belanda
memiliki kesempatan untuk menyingkirkan kerajaan yang memerintah wilayah
madura.
Raja bangkalan tahun 1531 - 1882
Tahun 1531 - 1592: kiai pratanu
(panembahan lemah duwur)
Tahun 1592 - 1620: raden koro
(pangeran tengah)
Tahun 1621 - 1624: pangeran mas
Tahun 1624 - 1648: prasmo raden
(pangeran cakraningrat i)
Tahun 1648 - 1707: raden tangga
(pangeran cakraningrat ii)
Tahun 1707 - 1718: anggota
pahlawan raden suroadiningrat
· (Pangeran cakraningrat iii)
· Tahun 1718 - 1745: pangeran
sidingkap (pangeran cakraningrat iv)
Tahun 1745 - 1770: pangeran
sidomukti (pangeran cakraningrat v)
Tahun 1770 - 1780: anggota
pahlawan raden mangkudiningrat
(panembahan duke pangeran cakraadiningrat
vi)
Tahun 1780 - 1815: sultan abdu /
sultan bangkalan i
· (Panembahan duke pangeran
cakraadiningrat vii)
· Tahun 1815 - 1847: sultan abdul
kadirun (sultan bangkalan ii)
Tahun 1847 - 1862: raden yusuf
(panembahan cakraadiningrat vii)
Tahun 1862 - 1882: raden ismael
(panembahan cakraadiningrat viii)
Menggali sejarah bangkalan, lebih
Dari pra-islam sampai
cakraningrat madura barat (bangkalan) para hindu dan buddhist dari plakaran ke
arosbaya, pragalba hingga pratanu (lemah dhuwur) cakraningrat saya mengadopsi
sultan agung madura barat (bangkalan) hindu dan buddhist bangkalan bangkalan
yang dulu lebih dikenal dengan nama madura west . Penyebutan ini, mungkin lebih
menekankan pada alasan geografis. Begini, Kabupaten Bangkalan terletak di ujung
barat pulau madura. Dan, sejak dulu, pulau madura telah terbagi.
Sebenarnya, setiap bagian
memiliki sejarah dan legenda tersendiri. Radar melaporkan hal berikut di
bangkalan madura, risang bima wijaya serialized. Menurut legenda, sejarah
madura barat berawal dari munculnya seorang raja gili mandangin (sebuah pulau
kecil di selat madura), atau lebih tepatnya di sampang. Nama raja adalah sapi
peteng, yang masih merupakan putra majapahit dari pernikahan dengan putri asal
mula kampa islam. Sapi peteng juga seorang siswa sunan ampel. Dan, sapi peteng yang dikenal
sebagai penguasa muslim pertama di madura barat. Namun dalam perkembangan
sejarahnya, diketahui bahwa sebelum islam, madura diperintah oleh penguasa non
muslim, yang berasal dari kerajaan singhasari dan majapahit. Hal ini diperkuat
oleh pernyataan tome pires (1944: 227) yang mengatakan, pada awal dekade abad
ke-16, raja madura belum masuk Islam. Dan dia adalah bangsawan mantu gusti pate
dari majapahit. Pernyataan tersebut diperkuat oleh temuan - temuan arkeologi,
baik hindu maupun bhudda nafas.
Temuan ditemukan di desa
kemoning, dalam bentuk lingga tertulis. Sayangnya, tidak semua baris bisa
dibaca. Dari tujuh baris yang terdapat dalam lingga, pada baris pertama
ditulis, saya caka 1301 (1379 iklan), dan baris terakhir mengatakan, cadra
serigala lombo, nagara gata bhuwana agong (nagara: 1, gata: 5, bhuwana: 1,
agong: 1) saat dibaca dari belakang, bisa diangkakan menjadi caka 1229 1151 m.
Temuan lainnya berupa fragmen bangunan kuno, yang merupakan lokasi candi. Oleh
masyarakat setempat dianggap reruntuhan sebuah kerajaan kecil.
Juga ditemukan reruntuhan gua
yang dikenal masyarakat dengan nama somor dhaksan, lengkap dengan memorial
sengkala candhra dua ekor kuda yang mengapit raksasa.
Dari hasil temuan itu, sebuah
gambaran bahwa antara tahun 1105 dengan iklan 1379, atau setidaknya periode
singasari dan majapahit akhir, ada pengaruh hindu dan bhudda di madura barat. Sedangkan arkeologi menemukan
bahwa negara bagian bangkalan periode klasik, ditemukan di desa patengteng,
kabupaten modung, berupa patung shiva dan patung seorang pria. Berada di desa
daja dlamba rongderin, tanah merah, ada beberapa arca, di antaranya adalah
patung buddha dhayani.
Temuan lainnya berupa dua patung
yang ditemukan di desa sukolilo barat kabupaten labang. Dua patung shiva
lainnya ditemukan di tengah bangkalan. Sementara di desa tanjung anyar
bangkalan ditemukan bekas gerbang, pintu masuk istana kuno ini terbuat dari
bata merah. Selain itu, temuan yang berbau siwais juga ditemukan di makam raja
islam yang terdapat di kabupaten arosbaya. Arosbaya dulunya adalah pusat
pemerintahan di bangkalan. Misalnya di makam oggo kusumo, syarif abdurrahman
atau musyarif (syech husen).
Pada jarak sekitar 200 meter dari
makam ditemukan patung ganesha dan patung-patung bhirawa besar. Begitu pula,
penemuan arkeologi di kompleks makam besar panembahan lemah duwur, ditemukan
pecahan makam berupa batang andesit. Dengan ditemukannya benda-benda purba yang
berpihak pada makam islam di wilayah arosbaya itu, mengisyaratkan bahwa
arosbaya merupakan perkembangan budaya hindu di wilayahnya. Penemuan benda-benda berbau hindu
di situs-situs islam yang menunjukkan konsinyuitas antara kesucian. Artinya,
mandala hindu dipilih untuk membangun arsitektur islami. Arosbaya merupakan
pusat perkembangan budaya hindu di madura barat (bangakalan) adanmya semakin
kuat dengan temuan bekas arsitektur nafas hindu, dan berbentuk seperti
pelabuhan cina. (risang bima wijaya) diatas dari
plakaran ke arosbaya, pragalba sampai pratanu (dhuwur lemah) bangkalan, radar.-
sosok pratanu atau yang lebih dikenal dengan panembahan lemah duwur adalah
putra raja pragalba. Dia dikenal sebagai pendiri sebuah kerajaan kecil,
berpusat di arosbaya. Masyarakat Bangakalan mempersonifikasikan pratanu sebagai
propagator islam dulu di madura. Padahal, putra pragalba
disebut-sebut sebagai pendiri masjid pertama di madura. Selain itu, pratanulah
yang memulai hubungan dengan daerah lain, yaitu pajang dan jawa. Sejarah
Bangkalan sejarah tidak bisa dilepaskan dengan naiknya kekuasaan di daerah
plakaran, selanjutnya disebut kerajaan plakaran. Kerajaan ini diperkirakan akan
muncul sebelum kuarter pertama abad ke-16, yaitu sebelum penguasa madura barat
memeluk islam.
Plakaran kiyai demung diawali
dengan kedatangan sampang. Dia adalah anak dari aria pujuk dan nyai ageng buda.
Setelah menetap di plakaran, kiyai demung dikenal demung plakaran. Dia
mendirikan pengadilan di sisi barat atau timur plakaran arosbaya, yang disebut
kota anyar (pa 'room 1951: 113).
Setelah kematian demung plakaran,
kekuasaan dipegang oleh kiai pragalba, putra nomor lima. Pragalba sendiri
sebagai pangeran plakaran dari arosbaya. Selanjutnya memperluas wilayahnya
sampai hampir semua madura. Paragalba memiliki tiga istri. Pratanu adalah anak
dari istri ketiganya. Selama ini kekuatan pragalba islam mulai menyebar di
madura barat, yang dilakukan oleh ulama giri dan gresik. Penyebaran meliputi
daerah pesisir sekitar selat madura pada abad ke 15 (fa sutjipto tirtoatmodjo
1983: 13) berkembang pesat sejak penyeberannya dilakukan secara teratur oleh
syech husen ampel (hamka 1981: 137).
Bahkan, ia mendirikan sebuah
masjid di arosbaya. Menurut cerita arosbaya, reruntuhan di sekitar makam sych
husen adalah masjid yang didirikannya. Namun meski islam tiba di madura barat,
pragalba tidak memeluk islam. Tapi justru anak pratanu yang masuk Islam. Acara
tersebut ditandai dengan sengkala bulan yang berbunyi: sirna pandavas kertaning
nagara (1450 caka 1528 m).
Acara bertepatan dengan daya
mekar majapahit setelah dikuasai islam tahun 1527 ad di samping itu, kerajaan
plakaran mengakui kekuatan demak, diperkirakan penerimaan islam di madura
bersamaan dengan jatuhnya majapahit. Menjelang kematian, pragalba islam oleh
kepala menganggukkna, jadi dia mendapat gelar pangeran onggu '(angguk, red).
Setelah kematiannya, pratanu naik takhta dengan panembahan lemah dhuwur. Itu
terjadi pada tahun 1531 sampai 1592.
Pada masa pemerintahan yang lemah
dhuwur plakaran adalah kursi pemerintahan yang dipindahkan ke arosbaya. Karena
itu, ia mendapat julukan sebagai pendiri kerajaan arosbaya. Lemahlah dhuwur
yang mendirikan istana dan yang pertama msajid arosabaya. Pada masa
pemerintahan panembahan lemah duwur, kerajaan arosbaya telah memperluas
wilayahnya ke seluruh madura barat, termasuk sampang dan blega. Panembahan
lemah duwur triman menikahi putri pajang. Hal ini juga menjadi jelas bahwa
duwur yang lemah adalah penguasa madura yang menjalin hubungan pertama dengan
java. Berdasarkan sambutan madura barat, rafless mengatakan lemahnya dhuwur
adalah penguasa terpenting di wilayah jawa timur saat itu.
Lemah panembahan dhuwur arosbaya
meninggal pada tahun 1592 setelah kembali dari kunjungannya ke panembahan
ronggo sragen di pamekasan. Sesuai dengan tradisi dia dikubur di makam dhuwur
lemah tertinggi.
Selanjutnya daya arosbaya
dipegang oleh putranya, pangeran sentral, hasil pernikahannya dengan pajang
putri. Pangeran sentral berkuasa di tahun 1592-1620. Pada masa pemerintahan
pangeran tengah acara terkenal bernama berdarah 6 desember 1596, sejak saat itu
telah jatuh dua delegasi dari arosbaya dibunuh oleh belanda yang patih arosbaya
kiai ronggo dan penghulu arosbaya pangeran musarip. Sejak peristiwa yang
arosbaya dinyatakan perang dengan belanda.
Pangeran tengah meninggal pada
tahun 1620. Kuburannya terletak di kompleks makam sych husen, dan sampai
sekarang keramat oleh penduduk setempat. Pengganti pangeran tengah adalah
adiknya pangeran mas, yang berkuasa di tahun 1621-1624. Sebenarnya siapa yang
berhak berkuasa adalah putra pangeran tengah bernama pangeran prasena. Tapi
karena masih kecil, dia diwakili oleh pamannya.
Pada masa pemerintahan pangeran
mas acara sultan agung menuju serangan arosbaya di tahun 1624. Hal itu
menyebabkan jatuhnya kekaisaran arosbaya. Pangeran menengah mas melarikan diri
ke demak dan pangeran prasena yang dibawa oleh kitting interpreter ke mataram.
Pertarungan antara mataram dan
arosbaya yang berlangsung pada hari Minggu tanggal 15 septeber 1624, patut
dikenang sebagai perjuangan rakyat madura. Saat itu mataram harus membayar
mahal, karena mereka telah kehilangan panglima perang tertinggi mereka,
tumenggung demak dan kehilangan 6000 tentara.
Saat pria dan wanita arosbaya
bertempur bersama. Ada cerita yang menarik disini. Dikisahkan waktu di medan
perang ada beberapa tentara pria yang mengeluhkan luka parah. Tapi wanita
katika melihat luka-luka ini ada di belakang, para wanita adalah prajurit yang
ditikam sampai mati.
'' Luka di belakang, yang berarti
tentara tersebut berpaling untuk lari, sampai terluka di belakang oleh musuh,
mereka pengecut masuk, '' kata kata wanita arosbaya itu. Diadopsi pada
cakraningrat saya prasena sultan agung, putra pangeran pusat arosbaya
sentomerto didampingi pangeran, saudara ibunya, yang datang dari sampang,
dibawa oleh panembahan penyelamat kitting bersama 1.000 sampang lainnya ke
mataram. Di mataram prasena diterima dengan senang hati oleh sultan agung, yang
sekanjutnya diangkat saat kecil. Padahal, kemnudian prasena dinobatkan sebagai
penguasa madura yang memegang cakraningrat i. Ia dianugerahi hadiah uang tunai
20 ribu gulden dan berhak memakai payung besar berwarna emas.
Sebagai gantinya, cakraningrat
saya harus hadir di mataram setahun sekali. Karena selain menjadi penguasa
madura, ia juga memiliki tugas penting di mataram. Sedangkan pemerintah di
sampang dipercayakan kepada pangeran santomerto. Cakraningrat saya kemudian
menikahi saudara sultan agung, tapi sampai istrinya meninggal dia tidak punya
keturunan.
Kemudian cakraningrat saya
menikah dengan ibu ratu, yang merupakan keturunan sunan giri. Sejak saat ini ia
menmpunyai pernikahan tiga orang anak, yaitu ra atmojonegoro, r undagan dan
ratu mertoparti. Sementara selirnya dia punya sembilan anak, salah satunya
adalah demang melaya. Setelah wafatnya Sultan Agung pada tahun 1645 yang
kemudian digantikan oleh amangkurat saya cakraningrat harus menghadapi
pemberontakan pangeran alit, saudara raja. Kris menusuk setan kober yang
dimiliki oleh pangeran alit menyebabkan cakraningrat saya mati seketika. Begitu
pula putra ra atmojonegoro, saat melihat ayahnya membunuhnya segera menyerang
pangeran alit, namun ia mengalami nasib yang sama seperti ayahnya. Cakraningrat
saya diganti dengan undagan. Serta cakraningrat saya, undagan yang memegang
cakraningrat ii juga menghabiskan lebih banyak waktu di mataram. Di masa
pemerintahannya, ada pemberontakan demat melaya putra bernama trunojoyo ke
mataram. Pemberontakan trunojoyo cakraningrat ii dimulai dengan penculikan dan
kemudian dibuang ke lodaya kediri. Pemberontakan Trunojoyuo mendapat dukungan
dari rakyat madura.
Karena cakraningrat ii dinilai
madura rakyat madura pemerintah telah diabaikan. Kekuatan kamp trunojoyo cukup
lumayan, karena ia berhasil menjalin kerjasama dengan pangeran kejoran dan
kraeng galesong dari mataram. Padahal, trunojoyo menikahi putrinya dengan anak
kraeng galesong, ikatan ayah. 1674 trunojoyo merebut kekuasaan di madura, dia
memproklamirkan diri sebagai raja madura merdeka barat, dan merasa dirinya
sesuai dengan penguasa mataram. Berbagai kemenangan terus berlanjut, misalnya,
kemenangannya atas kekuatan makassar (Mei 1676) dan okta 1676 trunojoyo menang
atas kekuatan mataram yang dipimpin oleh duke anom. Selanjutnya trunojoyo
memakai gelar baru adalah panembahan maduretna. Tekanan pada trunojoyo dan
pasukan semakin parah sejak mataram menandatangani kesepakatan kerja sama
dengan perusahaan, tertanggal 20 maret 1677.
Tanpa diduga trunojoyo berhasil
menyerbu ibu mataram, plered. Jadi amangkurat harus pergi ke barat, dan
meninggal sebelum dia tiba di batavia. Benteng trunojoyo sedikit demi sedikit
bisa dikuasai oleh sang vokalis. Trunojoyo akhirnya menyerah di lereng gunung
kelud pada 27 desember 1679. Dengan kepunahan pemberonrtakan trunojoyo. Voc
kembali mengangkat cakraningrat ii sebagai penguasa madura, karena voc merasa
cakraningrat telah dikreditkan dengan membantu pangeran puger melawan
amangkurat iii, sehingga pangeran berhasil meraih takhta tingkat puger
pakubowono i. Daya cakraningrat di madura terbatas pada bangkalan dan sampang
blega. Pemerintahan Madura awalnya ada di sampang, oleh cakraningrat ii pindah
ke tonjung bangkalan. Yang paling terkenal adalah panembahan sidhing kamal,
saat ia meninggal di kamal pada tahun 1707, saat ia pulang dari mataram ke
madura pada usia 80 tahun.
Raden tumenggung sosrodiningrat menggantikan
ayahnya sebagai bupati madura barat dengan gelar cakraningrat iii. Suatau saat
terjadi perselisihan antara cakraningrat-hukum, pamekasan bupati bernama arya
adikara. Untuk menghadapi kekuatan pamekasan, cakraningrat iii meminta bantuan
dari bali tentara.
Masa depan cakraningrat Madura
benar-benar bergolak, ada banyak peperangan dan pemberontakan di madura.
Tumenggung cakraningrat surahadiningrat yang mengirim pasukan untuk menghadapi
kekuatan penyerbuan cakraningrat pamekasan ternyata dirinya dengan bantuan
tentara sumenep. Bahkan cakraningrat pun mati, pergolakan di madura masih terus
terjadi. Cakraningrat iii digantikan oleh timenggung surahadiningrat dengan
judul cakraningrat iv. Administrasi awal cakraningrat iv mewarnai banyak
kekacauan. Pasukan Bali di bawah pimpinan dewa ketut sebelumnya dipanggil oleh
cakaraningrat iii, hadir dengan membawa 1000 tentara. Ketahuilah bahwa meminta
bantuan sudah mati dan situasi telah berubah, tentara menyerang tonjung bali.
Cakraningrat browsing arya surabaya memerintahkannya untuk mengusir tentara
cakranegara bali. Tapi dewa ketut berhasil membujuk
cakranegara untuk menjadi bumerang cakraningrat iv. Tapi dengan bantuan voc,
cakranoingrat iv melaju dari arya cakranegara dan bali. Kemudian dia memindahkan kursi
pemerintahannya ke sambilangan. Acara Suatau yang terkenal dengan geger pacina
(pemberontakan masyarakat cina) juga menyebar ke mataram. Cakraningrat iv
bekerja sama dengan koalisi tempur voc mataram dan cina. Tapi hubungan erat
antara premis madura tidak berlangsung lama. Cakraningrat menyatakan perang
dengan voc karena voc telah berulang kali melanggar janji yang disepakati.
Dengan bekerja dengan kekuatan mengui bali, cakraningrat dikalahkan dan
ditempati sedayu voc, lamongan dan tuban jipang.
Cakraningrat juga berhasil
mengundang bupati surabaya, pamekasan dan sumenep untuk sekutu menentang voc.
Tapi cakraningrat sepertinya harus menerima kekalahan, karena pasukan vokal
dikerahkan dalam jumlah besar. Cakraningrat dan dua anak perempuan melarikan diri
ke banjarmasin, namun oleh raja bajarmasin dia ditangkap dan diserahkan ke voc. Cakraningrat diasingkan ke kaap
de goede hoop (penghargaan tanjung). Dan meninggal di pengasingan, jadi dia
juga dikenal dengan nama panembahan.
0 Response to "Sejarah Kota Bangkalan"
Post a Comment