Pada tahun 1513, Portugis adalah
orang Eropa pertama yang mendarat di Ambon, dan ini menjadi pusat kegiatan
Portugis yang baru di Maluku setelah pengusiran mereka dari Ternate. Portugis,
bagaimanapun, secara teratur diserang dari penduduk asli Muslim di pantai utara
pulau itu, khususnya Hitu, yang memiliki hubungan perdagangan dan agama dengan
kota-kota pelabuhan utama di pantai utara Jawa.
Mereka mendirikan sebuah pabrik
pada tahun 1521, namun tidak memperoleh kepemilikan yang damai sampai tahun
1580. Memang, orang Portugis tidak pernah berhasil mengendalikan perdagangan
rempah-rempah setempat, dan gagal dalam usaha untuk membangun otoritas mereka
di atas Kepulauan Banda, pusat pala produksi.
Orang Portugis direbut oleh
Belanda pada tahun 1605, ketika Steven van der Hagen mengambil alih benteng dan
tanpa satu tembakan pun. Ambon adalah markas besar Perusahaan Hindia Timur
Belanda (VOC) dari tahun 1610 sampai 1619 sampai berdirinya Batavia (sekarang
Jakarta) oleh Belanda.
Sekitar 1615 orang Inggris
membentuk sebuah pemukiman di pulau di Cambello, yang mereka tahan sampai tahun
1623, saat dihancurkan oleh Belanda. Penyiksaan yang mengerikan yang dilakukan
pada penduduknya yang malang berhubungan dengan kehancurannya. Pada tahun 1654,
setelah banyak perundingan yang sia-sia, Oliver Cromwell memaksa Serikat
Provinsi untuk memberikan jumlah 300.000 gulden, sebagai kompensasi kepada
keturunan mereka yang menderita dalam "Pembantaian Ambon", bersama
dengan Manhattan.
Pada tahun 1673 penyair John Dryden
membangkitkan tragedi Amboyna; atau Kekejaman Belanda terhadap Pedagang
Inggris. Pada tahun 1796 Inggris, di bawah Admiral Rainier, menangkap Ambon,
namun mengembalikannya ke Belanda pada saat damai Amiens, pada tahun 1802.
Diambil kembali oleh Inggris pada tahun 1810, namun sekali lagi dikembalikan ke
Belanda pada tahun 1814. Ambon dulu pusat produksi cengkeh dunia; Sampai abad
kesembilan belas, Belanda melarang pemeliharaan pohon cengkeh di semua pulau
lain yang tunduk pada peraturan mereka, untuk mendapatkan monopoli ke Ambon.
Selama periode Belanda, kota
Ambon adalah tempat tinggal penduduk Belanda dan komandan militer Maluku. Kota
ini dilindungi oleh Fort Victoria, dan ensiklopedia tahun 1911 mencirikannya
sebagai "kota kecil yang bersih dengan jalan-jalan lebar, ditanami dengan
baik". Populasi dibagi menjadi dua kelas yaitu orang burger atau warga
negara, dan orang negri atau penduduk desa, yang pertama adalah kelas asal asli
yang menikmati hak istimewa tertentu yang diberikan kepada nenek moyang mereka
oleh Perusahaan Hindia Timur Belanda yang lama. Ada juga, selain Belanda,
beberapa orang Arab, Cina dan beberapa pemukim Portugis.
Kota Ambon adalah lokasi sebuah
pangkalan militer besar Belanda, yang ditangkap dari pasukan Sekutu oleh Jepang
dalam Pertempuran Ambon (1942), selama Perang Dunia II. Pertarungan tersebut
diikuti oleh eksekusi sekilas lebih dari 300 tentara Sekutu, dalam pembantaian
Laha.
Indonesia mendeklarasikan
kemerdekaannya pada tahun 1945. Akibat ketegangan etnis dan agama, sekaligus
menjadikan Presiden Soekarno sebagai negara terpusat, Ambon adalah lokasi
pemberontakan melawan pemerintah Indonesia, yang mengakibatkan pemberontakan
Republik Selatan Maluku tahun 1950.
0 Response to "Sejarah Pulau Ambon"
Post a Comment