mengenal lebih jauh tentang Dwi Hartanto, Dwi Hartanto adalah salah satu peserta yang menghadiri acara Visiting World Class Professor pada tahun 2016, sebuah program yang diselenggarakan oleh Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi dan Asosiasi Penasihat Internasional Indonesia di mana para peserta diundang untuk berdiskusi dan terhubung dengan periset diaspora Indonesia yang memiliki reputasi baik.
Dijuluki 'The Next Habibie' atas prestasinya dalam rekayasa kedirgantaraan, Dwi dikatakan sebagai asisten profesor di Delft University of Technology (TU Delft) di Belanda. Timnya dilaporkan berhasil meluncurkan Satellite Launch Vehicle (SLV), yang juga dikenal sebagai The Apogee Ranger V7s (TARAV7s).
Namun, ternyata ilmuwan populer itu telah membuat banyak prestasinya.
Pada 7 Oktober, Dwi merilis sebuah surat klarifikasi lima halaman di situs resmi Ikatan Mahasiswa Indonesia (PPI) di Delft, di mana dia meminta maaf dan mengakui kesalahannya dan juga menghapus beberapa informasi palsu yang telah beredar di masyarakat.
Berikut adalah beberapa fakta yang terkait dengan Dwi Hartanto yang sekarang terkenal:
Latar belakang pendidikan
Dwi saat ini belajar untuk meraih gelar doktor di Fakultas Teknik Elektro, Matematika dan Ilmu Komputer TU Delft. "Informasi tentang jabatan saya sebagai asisten doktoral atau asisten profesor di TU Delft tidak benar," katanya, menambahkan bahwa dia juga bukan kandidat doktoral di bidang pengembangan teknologi dan ruang angkasa.
Ia juga tidak lulus dari Institut Teknologi Tokyo di Jepang, namun mendapat gelar dari Institut Teknologi Sains dan Teknologi AKPRIND di Yogyakarta.
Peluncuran Satelit Kendaraan
Berbeda dengan yang diceritakannya kepada media, Dwi belum pernah membangun SLV. Dia pernah menjadi anggota tim yang merancang salah satu subsistem komputer penerbangan tertanam untuk roket Cansat V7 untuk Delft Aerospace Rocket Engineering (DARE), yang merupakan kegiatan roket untuk siswa di TU Delft.
"Proyek ini hanya merupakan proyek amatir bagi mahasiswa," kata Dwi. "Itu bukan proyek dari Kementerian Pertahanan Belanda, Pusat Dirgantara Belanda [NLR], Pertahanan Udara atau Ruang Belanda."
Lethal weapon di langit
Dwi juga mengklaim sebagai pemenang kompetisi penelitian teknologi antar lembaga antariksa di Jerman tahun ini, berkat riset teknologi "Lethal Weapon in the Sky" -nya. Dia bahkan memposting foto dirinya yang memegang cek besar dengan 15.000 euro (US $ 17.659) yang ditulis sebagai hadiah.
Namun, dia menjelaskan bahwa dia tidak pernah memenangkan kompetisi dan bahwa "Lethal Weapon in the Sky" itu sendiri sebenarnya tidak ada. "Saya memanipulasi template cek dan mengisinya dengan nama saya dan nominal 15.000 euro," katanya. "Foto itu diterbitkan di media sosial saya dengan klaim saya bahwa saya adalah pemenangnya."
Foto itu sebenarnya diambil saat ia mengunjungi Pusat Inovasi Bisnis Luar Angkasa di Noordwijk, Belanda, saat partisipasinya dalam kompetisi hackathon di samping siswa lainnya.
Pertemuan B.J. Habibie
Dalam satu laporan media, Dwi mengaku telah menerima telepon dari seseorang yang dekat dengan presiden ketiga Indonesia, B.J. Habibie. Dwi mengatakan bahwa dia kemudian diminta untuk bertemu dengan mantan presiden tersebut. Dia juga mengklaim bahwa dia ditawari kesempatan untuk mengubah kewarganegaraannya oleh pemerintah Belanda.
Namun kenyataannya B.J. Habibie tidak pernah meminta Dwi untuk menemuinya. Sebenarnya, sebaliknya, Dwi lah yang meminta KBRI Den Haag untuk mengenalkannya pada Habibie. Pernyataannya tentang mengubah kewarganegaraannya juga tidak benar.
Menurut surat penjelasannya, mulai tanggal 25 September, TU Delft telah melakukan serangkaian uji coba kode etik di Dwi. "Sampai klarifikasi ini dilepaskan, TU Delft masih dalam proses pengambilan keputusan," tulisnya.
Sementara itu, PPI Delft juga merilis sebuah surat pernyataan pada 4 Oktober terkait masalah tersebut. Selain mengecam tindakan Dwi, mereka juga berkoordinasi dengan KBRI Den Haag mengenai mediasi antara Dwi, TU Delf dan pihak terkait lainnya. (kes)
0 Response to "mengenal lebih jauh tentang Dwi Hartanto"
Post a Comment